Rabu, 25 April 2018

Al Qur’an Dan Sunnah Landasan Utama Berislam



Seandainya kita dipanggil oleh atasan dan disuruh untuk bersiap-siap pergi ke Jakarta pada esok hari, apa yang kira-kira akan kita lakukan? Padahal jaraknya jauh dan kita belum pernah pergi ke sana. Yang pertama tentunya kita akan mempersiapkan bekal dengan sebaik-baiknya. Kita akan menyiapkan semua hal yang mungkin dibutuhkan selama perjalanan seperti makanan, pakaian, bahkan mungkin juga obat-obatan.

Selain menyiapkan perbekalan, karena Jakarta adalah tempat yang belum pernah kita datangi sebelumnya, pastinya kita akan mencari tahu bagaimana dan seperti apa Jakarta itu. Selanjutnya, yang dilakukan adalah bertanya tentang rute perjalanan agar tidak tersesat saat perjalanan. Bisa dengan bertanya kepada orang yang pernah pergi ke sana, bisa juga dengan melihat rute perjalanan di peta, atau menggunakan alat bantu modern seperti GPS. Tentunya, agar kita sampai dengan selamat ke tempat tujuan.

Hidup ini adalah perjalanan, perjalanan menuju kehidupan yang hakiki yakni kehidupan di akhirat. Karena hidup ini adalah sebuah perjalanan, kita membutuhkan bekal yang cukup untuk dibawa ke tempat tujuan kita, yakni kampung akhirat yang abadi. Jika hanya perjalanan ke Jakarta saja kita membutuhkan bekal, maka kita tentu lebih butuh bekal untuk dibawa menuju hadapan Allah Ta’ala. Dan tidak ada bekal yang lebih baik untuk kita bawa menuju akhirat, selain dari pada keimanan, ketakwaan, dan amal shalih yang kita punya.

Selain bekal, kita juga membutuhkan ‘alat bantu’ yang bisa kita pakai sebagai pedoman dan penunjuk arah agar tidak tersesat selama perjalanan. Kalau kita akan mengadakan perjalanan menuju Jakarta, alat navigasinya adalah peta atau GPS. Maka untuk perjalanan menuju akhirat, Allah dan rasul-Nya telah memberikan kita pedoman supaya kita tidak tersesat selama menempuh perjalanan.
 Sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadist,

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

“Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; (yakni) Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik).

Dalam hadist di atas, Rasulullah mengingatkan kita bahwa ada dua hal sepeninggal beliau yang harus selalu kita jaga, sekaligus kita jadikan pedoman hidup, serta kita amalkan agar kita tidak termasuk golongan yang tersesat dari jalan kebenaran. Dua hal tadi adalah tolok ukur bagi ‘lurusnya’ seseorang atau sebuah kelompok. Karenanya, berpegang teguh terhadap keduanya merupakan salah satu ciri mereka yang benar-benar mencintai Allah dan rasul-Nya.

Qur’an dan Sunnah tolok ukur kebenaran
Hari ini kita dihadapkan pada fenomena perpecahan dalam tubuh umat Islam. Dan Rasulullah jauh-jauh hari telah mengingatkan kita tentang fenomena ini. Bahwa kelak sepeninggal beliau akan terjadi banyak perselisihan dan juga pertentangan, bahkan di antara sesama muslim. Banyak kelompok mengaku paling islami dan paling sesuai sunnah. Banyak juga yang mengaku paling mencintai Allah dan paling mencintai Rasulullah. Yang membuat kita sedih, tidak jarang kelompok-kelompok tadi mengklaim bahwa kebenaran hanya milik mereka. Bahkan, tak segan-segan memberikan vonis dan cap negatif serta mencela kelompok lainya yang dianggap tidak sesuai dengan kehendaknya.

Kita harus ingat wasiat Rasulullah dalam hadist di atas. Beliau mengingatkan bahwa harus ada dua hal yang harus selalu dijaga agar kita termasuk golongan yang berada pada jalan yang lurus, yakni Al-Qur’an dan Sunnah (hadist) Rasulullah. Ini juga yang menjadi tolok ukur kebenaran seseorang dan sebuah kelompok. Jika amal yang dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan dua hal tadi, bisa dipastikan orang tersebut selamat dan tidak termasuk golongan yang tersesat. Sama halnya dengan aktifitas dan kebijakan-kebijakan yang dikerjakan oleh sebuah kelompok, jika sesuai dan dilandasi dengan Al-Qur’an dan sunnah, bisa dikatakan kelompok tersebut berada dalam jalur ‘kebenaran’.

Begitu juga sebaliknya, jika seseorang atau sebuah kelompok justru melakukan hal-hal yang dilarang oleh Al-Qur’an dan hadist, maka mereka bisa dikatakan sebagai kelompok yang menyimpang, meskipun mereka mengaku paling benar dan paling baik. Karena, pengakuan tanpa bukti hanyalah omong kosong belaka. Bagaimana mungkin mengklaim diri dan kelompoknya paling benar, padahal ia justru melanggar perintah Allah yang ada dalam Al-Qur’an. Mustahil juga seseorang mengaku paling mencintai Rasul, padahal ia tidak pernah berusaha untuk menjalankan apa yang diajarkan oleh Rasulullah dalam hadist-hadist beliau sama sekali.

Kenapa harus Qur’an dan Sunnah?
Kenapa Al-Qur’an dan Sunnah harus kita jadikan pegangan? Kenapa juga keduanya merupakan tolok ukur kebenaran sesorang dan sebuah kelompok? Karena jelas, bahwa Al-Qur’an dan hadis Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam merupakan sumber ajaran Islam sekaligus pedoman hidup setiap muslim yang mesti dipegang dengan kuat. Karena dalam agama Islam, Al-Qur’an adalah sumber utamanya. Sedangkan, hadits adalah sumber kedua ajaran Islam setelah al-Qur’an.

Al-Qur’an harus kita utamakan karena ia merupakan wahyu dari Allah, Rabb semesta alam yang diturunkan kepada rasul-Nya dan berlaku untuk semua manusia tanpa terkecuali. Kebenaran dan kesuciannya terjaga, karena terbukti lebih dari 1400 tahun sejak ia diturunkan, tidak ada perubahan yang terjadi padanya, tidak seperti kitab-kitab suci lain yang telah mengalami banyak penyelewengan. Sejak Al-Qur’an diturunkan, Allah menantang manusia untuk mendatangkan yang semisal dengannya, namun hingga lebih dari empat belas abad lamanya, tidak ada yang mampu menjawab tantangan tersebut. Dan yang menakjubkan, kandungan didalamnya sangat akurat dan sesuai dengan pembuktian ilmu pengetahuan dan teknologi modern

Al-Qur’an diturunkan agar semua manusia menjadikannya pedoman dan pegangan hidup. Di dalamnya berisi berbagai macam hal yang jika dibaca dan dipelajari, akan menjadi penerang dan cahaya bagi kehidupan. Isi dan kandungan Al-Qur’an semakin menambah keyakinan dan keimanan kita akan kebenarannya dan keagungan serta keesaan Pencipta-Nya. Karenanya, Allah berfirman, “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (al-Baqarah: 2)

Adapun Sunnah (hadist) Rasulullah, maka ia adalah praktik riil kehidupan Nabi Muhammad sehari-hari. Di dalamnya berisi perkataan, perbuatan, pembenaran, dan sifat-sifat beliau yang penuh hikmah dan makna yang harus dijadikan pelajaran dan tuntunan oleh semua umat muslim. Selain itu, hadist adalah penguat sekaligus penjelas bagi Al-Qur’an. Hal-hal yang masih samar dan umum dalam Al-Qur’an dijelaskan perinciannya dalam hadist-hadist nabi. Kita tidak akan pernah bisa mempraktikkan Islam dengan sempurna kecuali memadukan apa yang ada dalam Al-Qur’an dan yang tercantum dalam hadist-hadist Rasulullah. Jangan sampai kita meniru mereka yang mengambil Al-Qur’an, namun tidak mau menerima sunnah (hadist) Rasulullah. Allah Ta’ala berfirman, “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (al-Hasyr : 7)

Oleh Yunalul Murod dalam Majalah An-Nuur Vol.52
Diambil dari: annursolo.com/quran-dan-sunnah-landasan-utama/
sr : islampos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar