Usia muda adalah masa ketika idealisme berpadu dengan segala
kelapangan. Masa ketika potensi fisik dan pikiran mencapai pucak
kematangannya. Jadi, tidak mengherankan jika banyak tokoh-tokoh sejarah
berhasil membuat beragam karya spektakuler saat mereka masih muda.
Ada banyak contohnya. Salah satu contoh terbaik adalah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.
Beliau merupakan sebaik-baik teladan. Masa mudanya tidak berlalu dengan
sia-sia. Ketika muda diberi gelar al-Amin (orang yang jujur) oleh
bangsa Arab. Rasullah pun terkenal memiliki akhlak mulia, rajin belajar
dan bekerja, serta tangguh pantang mengeluh.
Terlahir sebagai anak yatim, kemudian saat kanak-kanak ditinggal
wafat oleh ibu dan kakeknya, sama sekali tidak membuat Rasulullah putus
asa menjalani hidup. Walau tinggal bersama pamannya, beliau bukanlah
keponakan yang merepotkan. Pantang baginya menjadi beban. Rasulullah
dengan suka rela membantu sang paman bekerja menjemput rezeki yang
halal, yakni dengan cara menggembala domba dan berdagang.
Ketika menginjak usia 24 tahun, Rasulullah mulai membawa barang
dagangan milik saudagar kaya, Siti Khadijah. Jika seseorang membawa
barang dagangannya Siti Khadijah, berarti orang tersebut teruji
akhlaknya. Karena Siti Khadijah tidak memberikan barang dagangannya
kepada sembarang orang. Saat itu, Rasulullah dipercaya membawa barang
dagangannya ke Syam. Itulah kali pertama, beliau melakukan perjalanan ke
luar negeri.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam tidak sendirian pergi
ke Syam. Siti Khadijah meminta pegawai laki-lakinya yang bernama
Maisaroh, untuk turut serta dengan Rasulullah. Maisaroh pun menemukan
banyak sekali kemuliaan akhlak Rasulullah.
Kesuksesan Rasulullah sebagai Pedagang
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam berjualan dengan penuh
semangat. Beliau menawarkan barang dagangan kepada calon pembeli. Jadi
tidak menunggu, tapi aktif menawarkan. Rasulullah juga tidak menetapkan
harga jual. Rasulullah menyampaikan modalnya sekian, silakan pembeli mau
memberi untung berapa kepadanya. Beliau juga memberikan service
excelent kepada para pembeli. Tidak lama, barang dagangan pun habis dan
untungnya besar.
Setelah selesai berdagang di Syam, Rasulullah tidak langsung pulang
ke Makkah. Tetapi membeli barang-barang di Syam yang sekiranya
diperlukan oleh orang-orang Makkah, kemudian menjualnya kembali di
Makkah. Barang jualannya laku keras setibanya di Makkah, dan untung dari
penjualannya jadi berkali-kali lipat.
Cara berdagang yang dilakukan oleh Rasulullah saat itu, belum pernah
dilakukan oleh pedagang lain. Senang tidak Khadijah? Tentu senang.
Kemuliaan akhlak dan kecerdasan Rasulullah itulah yang membuat Khadijah
mantap menjadikannya sebagai suami.
Muhammad al-Fatih, Penakluk Konstantinopel
Muhammad al-Fatih dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di
Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia adalah putra dari
Sultan Murad II, raja keenam Daulah Utsmaniyah.
Sejak kecil, al-Fatih dididik oleh orangtuanya mengenai ketauhidan
kepada Allah Subhana Wa Ta’ala. Ia diajarkan tentang syariat dan sejarah
peradaban Islam. Bahkan, al-Fatih juga dididik untuk menjadi seseorang
seperti yang Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam sabdakan.
Apa sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam itu? “Kota
Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya
adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya
adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad bin Hanbal al-Musnad 4/335)
Sudah banyak pemuda dan pemimpin dari Umat Islam terdahulu yang
berusaha mewujudkan sabda Rasulullah itu. Namun, belum ada yang dapat
menaklukkannya. Maka, Muhammad al-Fatih inilah yang diharapkan kedua
orangtuanya untuk meneruskan perjuangan, untuk mewujudkan sabda
Rasulullah. Bahkan, salah seorang guru yang menempa beliau ialah Syeikh
Syamsuddin, yang ternyata masih keturunan dari Abu Bakar as-Sidiq.
Muhammad al-Fatih menjadi sultan (raja) saat berusia 19 tahun,
menggantikan ayahnya. Ia pun mampu menaklukkan Konstantinopel pada
Kamis, 26 rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M, bersama tentaranya saat
berusia 21 tahun. Usia yang sangat muda untuk menjadi pemimpin
kerajaan, sekaligus pemimpin pasukan perang.
Keberhasilannya itu menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum kepada
dirinya. Caranya memimpin, akhlaknya yang mulia, serta taktik atau
strategi perangnya yang sangat tidak masuk akal, serta kekuatan tauhid
para tentaranya yang luar biasa. Setelah ditaklukan, ia pun mengganti
nama Konstantinopel menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Namun, di
masa kini, nama Islambul diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi
Istanbul. Sebagai bentuk penghargaan bagi Sultan Muhammad al-Fatih,
dibangunlah Masjid al-Fatih yang berada tepat di sebelah makamnya.
Apa kunci kesuksesan Sultan Muhammad al-Fatih, Sang Pedang Malam? Ia
tidak pernah meninggalkan shalat wajib dan shalat tahajud selama
hidupnya, semenjak baligh. Bahkan tentaranya juga tidak pernah
meninggalkan salat wajib. Maka, benarlah sabda Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wassalam sebelum wafatnya, bahwa Konstantinopel akan takluk
kepada sebaik-baik pemimpin, dan sebaik-baik tentara. Rasulullah tidak
pernah berbohong dengan semua sabdanya. Masya Allah, Allahu Akbar!
Bangkitlah Pemuda, Mari Berkarya
Lalu, bagaimana dengan pemuda di masa kini? Banyakkah di antara
mereka yang berkarya di usia muda, kemudian menempa mental dengan
berdagang? Banyakkah di antara mereka yang sudah berani pergi ke luar
negeri, dan mencetak prestasi di sana? Atau, mereka hanya bisa
bergantung pada orangtua, dan menengadahkan tangan meminta uang jajan?
Wallahualam.
Tapi sepertinya, masih banyak pemuda yang belum berani keluar dari
zona nyamannya. Jika mereka dianugerahi lahir dari keluarga yang kaya
raya, tak sedikit yang tumbuh menjadi pemuda manja. Ingin ini, ingin
itu, tinggal minta. Sedikit saja di antara mereka yang berinisiatif
untuk berkarya.
Sebaliknya, saat mereka terlahir dari keluarga yang kurang mampu atau
dhuafa, ada yang penuh semangat menembus batas garis kemiskinan dengan
beragam usaha yang halal. Namun, ada pula yang memilih menjadi perampok,
penjahat, atau profesi buruk lainnya, dengan alasan yang penting dapat
penghasilan untuk makan.
Padahal jelas sekali pesan Allah Subhana Wa Ta’ala melalui
firman-Nya dalam al-Quran, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”(QS.
ar-Ra’d [13]: 11)
Jadi, harus ada upaya untuk mengubah menjadi lebih baik. Bahkan
seekor burung pun pergi pagi-pagi mengepakkan sayapnya untuk mencari
makan, lalu ia kembali dengan perut kenyang. Itu tandanya, Allah akan
memberi jalan bagi mereka yang mau berjuang dengan cara halal. Bukan
berdiam diri, mengutuk keadaan, lalu bunuh diri dengan alasan untuk
mengakhiri segala penderitaan. Naudzubillah.
Maka, bangkitlah wahai pemuda harapan bangsa! Bangkitlah pemuda untuk
menegakkan agama Allah di muka bumi. Bangkitlah pemuda dengan terus
memperbaiki kualitas diri. Bangkitlah pemuda dan bermanfatlah bagi
sebanyak-banyaknya umat di dunia.
Oleh Cristy az-Zahra
Sumber: daaruttauhiid.org/artikel/read/cerita-santri/1120/masa-muda-masa-berkarya.html
Sumber: daaruttauhiid.org/artikel/read/cerita-santri/1120/masa-muda-masa-berkarya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar